Sampang (Jatim)||Tribun.asia _ Aksi besar-besaran di Sampang adalah wujud nyata suara rakyat yang menuntut pemilihan kepala desa segera dilaksanakan. Karena Itu merupakan bentuk cinta pada demokrasi, bukan sekadar amarah di jalan. Rakyat turun karena haknya diabaikan, dan itu sah sebab diam berarti tunduk pada ketidakadilan.
Namun, perjuangan suci itu ternodai oleh segelintir oknum yang bertindak tanpa akal sehat. Fasilitas umum dirusak, taman di Alun-alun dihancurkan, dan citra gerakan rakyat tercoreng. Inilah yang membuat gerakan kehilangan wibawa. Mereka bukan pejuang, tapi perusak yang menumpang di atas penderitaan rakyat!
Kita harus tegas mengatakan: bukan itu wajah sejati demonstrasi, Demonstrasi adalah ruang terhormat bagi rakyat untuk bersuara, bukan ajang amarah tanpa arah. UU Nomor 9 Tahun 1998 jelas menyebutkan, aksi harus damai, tertib, dan bertanggung jawab. Ketika ada yang memilih jalan kekerasan, mereka telah menodai nama demokrasi dan mengkhianati perjuangan rakyat sendiri.
Kita boleh marah, tapi marah dengan akal, bukan dengan tangan kosong yang menghancurkan. Sebab perjuangan sejati tak lahir dari batu yang dilempar, tapi dari kesadaran dan keberanian yang terukur.
Jika kita ingin perubahan, maka kita harus lebih dewasa dalam melaksanakan Demonstrasi dan lebih bijak dalam bersuara. Jangan biarkan perjuangan rakyat tercoreng oleh tindakan bodoh segelintir orang. Demokrasi bukan tentang menghancurkan, tapi tentang membangun kesadaran dan menegakkan keadilan.








